Antara IQ dan Kepintaran

Kisah inspiratif, bisa datang dari siapa saja, kapan saja, di mana saja.

Hari ini, gw ktemuan (lagi) sama salah satu sepupu dari pihak almarhumah nyokap gw, untuk yang ketiga kalinya. Dan baru kali ini, gw bisa foto bareng sama dia, karena ngerasa udah waktunya, gw ngangkat tulisan tentang dia. (udah ijin ya Kie..)

Tulisan gw kali ini terinspirasi saat gw pertama kali janjian ketemu sama Okie, sepupu gw ini. Awalnya mau ngobrol prospek kerjaan buat gw dan bisnis start up yang lagi dia rintis. Duduk di sebuah resto dimsum di Grand Indonesia,(jujur, gw baru sekali ini masuk GI, untunglah gw ga ilang di dalem), ngobrol panjang lebar tentang visi dan rencana-rencana sepupu gw yang bikin gw terpukau. Di kepala gw doang gw bisa komen.. “Ni anak bright amat ya..” btw, dia belasan taon di bawah gw umurnya.. (kali-kali ada yang nanya.).

Akhirnya tercetuslah pertanyaan kepo gw, “Kie, IQ loe brapa sik?” Dengan muka lempengnya (muka lempeng dalam arti sesungguhnya..) dia bilang “waktu TK, 95 sih cie.” Gw bengong. 95? Terus dia nyambung “tapi saya tu beruntung, karena koko-koko saya (dia punya 2 kakak laki-laki yang gw rasa sama pinternya kayak dia), ngajarin saya macem-macem. Cara baca jam, hitung ini, hitung itu. Jadi pas saya masuk TK, saya udah lebih banyak tau duluan dari yang lain. Dan guru pikir saya pintar.”

Okeeee… terus dia nyambung lagi ““Karena guru selalu bilang saya pintar, dan memperlakukan saya secara istimewa sebagai anak pintar, saya akhirnya percaya kalau saya memang pintar.” Hnah ini dia gongnya! Dan dia emang pintar beneran sih pada akhirnya..

T’rus dia nambahin “Saya percaya setiap manusia punya kepintarannya sendiri-sendiri. Hanya pintarnya dimana, bisa jadi setiap manusia beda-beda. Tapi sistem pendidikan kita cenderung mengesampingkan anak yang ‘lambat’ karena dianggap bodoh atau kurang pintar.” Ini nohok banget. Orang tua dan guru, kadang tidak selalu berhasil melihat kemampuan seorang anak hanya karena dia lambat belajar atau lambat melakukan sesuatu.

Yang menarik dari percakapan dengan sepupu gw ini, adalah bagaimana seorang anak yang di masa kecilnya dibilang pintar karena dia lebih tahu dari anak lain, lalu diperlakukan sebagai anak pintar. Dan perlakuan istimewa yang dia terima, membuat dia percaya kalau dia pintar. Dan ternyata, itu mempengaruhi IQ di masa dewasanya. Hasil tes IQ setelah dia mulai bekerja, selalu ditulis “Superior”

Ini jadi catatan penting yang pengen gw share buat para orang tua, khususnya yang masih punya anak balita. Bahwa setiap anak pintar. Perlakukan mereka sebagai anak pintar. Lihatlah bagaimana mereka akan bertumbuh, dengan percaya diri bahwa mereka pintar.

Catatan juga buat kita semua, termasuk gw sendiri.. orang pintar, bukan diukur dari IQ semata, tapi juga dari banyaknya pengetahuan yang dimiliki seseorang. Informasi dan pengetahuan yang diketahui lebih dulu dari orang lain, membuat seseorang lebih “pintar” dibanding orang yang lain.

“Knowledge makes power” Banyak-banyaklah membaca, banyaklah berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki aura positif dan membangun. Pakailah gadget untuk menambah pengetahuan akan hal-hal yang bermutu. Biar jadi orang “pintar” kayak sepupu gw ini..